Pagi tadi saya menerima SMS yang isinya: “Tolong uangnya dikirim ke no rekening XXXXX, segera ya.” OK, ini sudah ‘biasa’ karena sudah beberapa kali saya menerima SMS sejenis. Atau SMS begini: “Selamat, nomor HP Anda mendapatkan hadiah Rp75juta yang diundi tadi malam di stasiun TV XXX.” OK, ini juga sudah biasa, entah berapa kali saya menerima yang begini. Kalau SMS minta pulsa, ngga usah dibilang lagi, tak terhitung.
Nah, tadi siang saya ada lagi modus baru. Kira-kira pukul 11.30, telpon rumah berdering, setelah saya angkat terjadilah percakapan sebagai berikut:
Penelepon (perempuan): “Selamat siang, ini betul rumah Ibu Desak Nyoman Pusparini?” (Menyebutkan nama lengkap saya)
Saya: “Betul, dari siapa ya?”
Penelepon: “Saya dari Telkom Pusat Jakarta, selamat Bu, nomor telepon Ibu keluar sebagai pemenang kedua setelah diundi tadi malam.”
‘Alarm’ saya langsung ‘nguing-nguing’, saya yakin ini penipuan, tapi tak urung saya jawab juga: “Oh, ya? Hadiahnya apa, Bu? Dan dalam rangka apa?”
Penelepon: “Ibu langsung aja telpon ke kantor pusat kami di Jakarta, tolong dicatat ya, telepon ke no. 021-50322809 hubungi Bapak Drs. H. Reynaldi Firmansyah.
Suara penelepon ini terdengar sangat profesional, mantap dan tegas, tapi saya merasa ada sedikit nada mendesak. Saya nurut dan mencatat nomor telepon serta nama yang harus saya hubungi.
Saya: “Boleh tahu alamat kantornya, Bu?”
Penelepon: “Ibu telepon aja langsung, dan usahakan sekarang karena hari ini nomor tersebut bebas pulsa khusus untuk pemenang undian.”
Saya: “Okey, Bu, terima kasih atas informasinya.” (Telepon langsung ditutup).
Kemudian sambil senyum-senyum saya cerita sama anak saya isi dari pembicaraan telepon tadi. Anak saya hanya ternganga, hehehe.
“Ajung, Ibu mau nelepon orang ini, setelah nelepon kalau Ibu kelihatan aneh seperti orang terhipnotis, tolong sadarkan Ibu yaa,” kata saya sambil ketawa-ketiwi. Anak saya ngakak.
Tapi, tentu saja saya tidak akan nelepon ke nomor tersebut. Saya yakin 99,99% itu adalah penipuan. Masih ada angka 0,01% yang ingin saya buktikan. Dulu, ketika anak saya masih SD, saya pernah mendapat telepon seperti ini dari Telkom Plaza Ubung (tempat saya dulu biasa bayar tagihan telepon), yang mengabarkan bahwa nomor telepon rumah saya memenangkan undian berhadiah. Oleh si penelepon saya disuruh menghubungi sebuah nomor. Waktu itu belum marak macam-macam penipuan seperti sekarang ini. Saya pun nelepon ke nomor itu dan ternyata memang benar saya dapat hadiah (sebuah radio Compo) yang harus diambil sendiri di Kantor Telkom Jln. Teuku Umar Denpasar. Hanya saja waktu itu si penelepon memberi penjelasan rinci, saat saya tanya pengundiannya berdasarkan apa. Dijawab, yang diundi adalah nomor-nomor telepon yang selalu membayar sebelum tanggal 10. Jadi semacam ucapan terima kasih untuk pelanggannya. Cukup jelas, tidak seperti si penelepon tadi yang hanya menyuruh saya nelepon ke sebuah nomor tanpa penjelasan apa-apa.
Saya penasaran dan ingin mencari tahu, tapi mesti bertanya pada siapa? Karena si penelepon tadi ‘menjual’ nama Telkom, maka tempat bertanya yang paling aman dan tepercaya adalah: Telkom sendiri. Saya pun menghubungi nomor 147. Saya ceritakan semua, si operator mencatat nomor telepon dan nama yang harus saya hubungi tadi. Kemudian dengan tegas operator tersebut mengatakan bahwa, sampai saat ini Telkom tidak pernah mengadakan undian apa pun. Teriring pesan, kapan pun menerima telpon sejenis dan membawa-bawa nama Telkom jangan sungkan-sungkan untuk konfirmasi langsung ke Telkom.
Hm, makin hari makin beragam saja modus-modus penipuan ini dan para penipu makin kreatif saja. Sudah saatnya kita lebih meningkatkan kewaspadaan lagi. Saya tidak tahu, entah bagaimana cara kerja penipuan ini seandainya saya benar-benar menelepon ke sana. Mungkin dihipnotis agar mau mengikuti apa yang dikatakannya? Entahlah.